Aceh Tertimbun Sampah Plastik
(Ilustrasi: Google) |
Oini | Pena Fajar
Isu mengenai sampah plastik tentu bukan barang baru, sudah lama mereka
yang peduli lingkungan berkoar-koar mngenai bahayanya sampah platik. Namun hal
tersebut nampaknya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap budaya
masyarakat kita yang suka nyampah atau membuang sampah sembarangan. Tak hanya
membuang sampah ke daratan namun sampah plastik juga dibuang ke laut. Indonesia
secara keseluruhan mendapat peringkat ke-2 dalam hal penyumbang sampah terbesar di
dunia setelah Cina. Sungguh hal yang sangat memilukan tentunya, menurut data
yang dikutipr dari sains.kompas.com pada Minggu 15 Feb 2015 setidaknya ada 12,7 juta ton sampah plastik setiap tahun di lautan di seluruh dunia. Sungguh angka yang
sangat besar, dan Indonesia menjadi salah satu donatur terbesar.
Plastik sepertinya sudah menjadi bagian dari hidup kita. Belanja sedikit
saja pasti menggunakan plastik. Tak peduli itu buah, sayur, sabun, atau apa saja
pati akan dibungkus dengan platik. Kita seakan tak sadar bahwa plastik yang
kita jinjing tersebut adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Tidak sedikit
bencana alam yang dipicu oleh banyaknya sampah atau plastik yang bertebaran
dimana-mana, banjir di ibukota seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua. Betapa
tidak, hampir setiap tahun Jakarta tak pernah absen oleh bencana alam yang satu
ini, dan tak bisa kita pungkiri bersama bahwa salah satu faktor pemicu
datangnnya banjir tersebut merupakan dampak buruk dari penggunaan plastik yang
berlebihan.
Masyarakat jepang sudah terbiasa mengelompokkan berbagai jenis sampah
seperti anorganik dan organik mereka tentu sudah benar-benar belajar mengenai
dampak buruk akibat limbah dari tragedi minamata.
Walaupun Indonesia tidak secepat Jepang dalam belajar dari kesalahan
namun sudah ada langkah-langkah tertentu yang diambil untuk menanggulangi hal
ini. Penggunaan plastik ramah lingkungan tentu sudah mulai digalakkan walau
kesadaran masyarakat belum sepenuhnya tumbuh. Seharusnya banjir tahunan di
ibukota sudah menjadi renungan bersama.
Bagaimana dengan Aceh
Banda
Aceh sebagai pusat ibukota Provinsi Aceh dengan kepadatan penduduk 224.000 jiwa
ditambah 20% lebih pendatang yang berprofesi sebagai pedagang,
mahasiswa, dsb dapat berpengaruh pada tingkat produksi sampah setiap hari
lebih dari 168 ton. Hal ini terjadi akibat pola konsumtif masyarakat aceh
terhadap platik. Tidak ada belanjaan tanpa dibungkus bahan yang sulit terurai
itu.
Disamping
pola masyarakat yang terlalu banyak menggunakan plastik, di Aceh belum kita
lihat pemakaian tas plastik yang ramah lingkungan, semuannya masih memakai
plastik pada l umumnya. Hal ini seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita
betapa banyaknya timbunan platik yang telah kita timbun setiap hari.
Menurut
lansiran yang dikutip dari atjehlink.com pada 06 Agustus 2014 aceh
dianggap tidak peka terhadap tumpukan plastik yang ada disekitarnya. Tentu saja
hal ini disebabkan karena belum ada dampak yang besar akibat timbunan platik
akan tentapi dalam jangka waktu dekat aceh akan benar-benar tertimbun oleh
tumpukan plastik dan pada saat itulah mungkin kita baru kalang kabut. Langkah
preventif sangat dibutuhkan agar Aceh tidak tertimbun sampah plastik.
0 comments:
Post a Comment